NdCharo, Buku & Artikel

"Aku ingin menjadi seorang yang menulis karena berkembang, dan berkembang karena menulis" kutipan dari Santo Agustinus

Monday, May 05, 2008

Perkebunan sawit bukan juru selamat tetapi sumber bencana
(Sebuah refleksi keberadaan Juma Sada Nioga di tengah-tengah GBKP)

Usaha untuk mewujudkan kemandirian dana GBKP yang menjadi target tahun 2010 mungkin menjadi titik tolak pembentukan dan pelaksanaan Juma Sada Nioga. Kemajuan teknologi yang menjadikan bio diesel menjadi usaha dalam menggantikan minyak bumi yang akan semakin langka, membuat kelapa sawit berharga dolar. Dua tahun belakangan ini, kelapa sawit menjadi hasil perkebunan paforit yang bernilai eksport. Hanya memandang dalam hal penjualan hasil bumi eksport ini sering membuat gereja juga lupa menimbang banyak hal lainnya ketika memutuskan ikut ambil bagian dalam hal berkebun sawit.
Semua jemaat GBKP tidak akan memungkiri, kalau keuangan gereja kita memang sering sekali mengkhawatirkan. Hal ini jelas dari gaji yang diterima pendeta yang mungkin dibawah UMR. Banyak jemaat yang menyadari bahwa dirinya memberikan persembahan yang cukup kecil, namun tetap saja dalam kesadaran itu tidak ada perubahan. Gereja seharusnya hidup dari jemaatnya (Orang lewi hidup dari suku lain, karena suku ini tidak punya tanah).
Mengapa mesti Sawit ?
Gereja perlu membuka usaha untuk meningkatkan keuangannya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa mesti membuka perkebunan kelapa sawit? Satu alasan mungkin yang jelas bisa langsung diprediksi karena saat ini perkebunan sawit sangat menjanjikan memberikan uang yang banyak dalam waktu tidak lama. Yang menjadi pertanyaan, Apakah Gereja juga harus ikut dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan keuangannya? Toh dari satu kebaikan yang diberikan sawit, ada jauh lebih banyak dampak negatif yang akan ditimbulkannya. Dan apakah kita GBKP akan ikut berkontribusi dalam pengrusakan alam ciptaan TUHAN ini ?
Coba pandang sekeliling ke kuta-kuta yang ada di sekitar kantor Moderamen itu, bukankah begitu banyaknya petani yang mengeluh karena harga hasil panennya yang murah. Mengapa GBKP tidak pernah terpikir membuka pabrik yang bisa mengolah hasil pertanian? Harga hasil pertanian akan meningkat dan tidak fluktuatif juga akan memberikan lapangan pekerjaan bagi kami PERMATA yang banyak pengangguran ini. Sedangkan perkebunan sawit, yang memberikan keuntungan besar itu banyak sekali mengeksploitasi manusia. Orang-orang pekerja dikebun sawit banyak diperlakukan seperti budak. Dan berfikir ekspor minyak sawit, hanya mencekik rakyat Indonesia saja. Minyak goreng semakin mahal, dan ini berdampak ke mana-mana. Karena semua minyak sawitnya di kirim keluar toh...
Selain keuntungan ekonomi yang terlihat sesaat, bencana ekologis juga mengancam
Perkebunan sawit lebih banyak dampak negatif daripada dampak positifnya, terutama terhadap penyumbangan penghancuran hutan. GBKP berencana akan menyumbang kehancuran hutan seluas 1600 Ha di wilayah Riau. Bencana ekologis seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kerugian sosial karena tidak adanya kepastian hukum dan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Luas tanah perkebunan 1600 Ha yang akan menjadi kebun GBKP, dibersihkan hutannya dengan cara apa ya ?
Minggu lalu, jalan ke lau baleng ada 16 titik mengalami longsor (mulai dari Kinangkong, Kuta Buluh, dll). Hal ini terjadi karena sudah jelas kita lihat sebagai dampak hutan yang semakin gundul. Pohon kemiri sudah banyak ditebangi dan berlomba-lomba menanam jagung. Jagung juga harganya sedang tinggi karena juga merupakan bahan untuk bio diesel. Kalau semua uang sudah kita kumpulkan, sedangkan bencana alam terjadi. Maka kesulitan pangan juga akan mengikuti, apakah kita bisa kenyang dengan memegang uang hasil penjualan sawit dan jagung itu ?
Kita sangat sedih dengan kesulitan yang dialami oleh teman-teman kita di daerah bencana, bukan? Tidak adakah yang dilakukan oleh tanggul bencana GBKP dalam hal ini? Ketika kita mencoba menolong saudara kita korban bencana di tanah Karo, kenapa kita memikirkan untuk merusak hutan di daerah Riau. Sebuah sikap yang tidak konsisten sekali. Huuuhhh...GEREJA yang aneh.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranya :
1. Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.
3. Kelapa sawit sangat rakus akan unsur hara dan air. Tanaman monokultur seperti sawit dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya. Hal ini akan menyebabkan tanah akan menjadi tandus, dan mungkin tiga puluh tahun mendatang akan mengalami kegersangan dan apapun tidak bisa tumbuh lagi di lahan bekas perkebunan sawit tersebut.
4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.
6. Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
Bagaimanapun kelapa sawit ini bukan juruselamat bagi keuangan dan kemandirian dana yang ingin dicapai GBKP. Renungkanlah kembali, dan dengarkan nurani. Pertimbangkan dari sisi etika Kristen dan juga sisi nurani Injil dalam hal menjaga keutuhan ciptaan TUHAN. Gereja GBKP perlu menimbang banyak hal berhubungan dengan perkebunan sawit ini, dan semua hasil pertimbangan itu endapkan dalam hati supaya bisa melihat lebih terang apa yang Tuhan inginkan dalam hal dana untuk gereja GBKP.
Kesimpulan
Perintah Tuhan untuk menguasai bumi dengan bertanggung jawab adalah untuk kebaikan kita sendiri. Ketika terjadi penyelewengan dari perintah Tuhan, maka kita sebagai anak Tuhan harus menyuarakan suara kebenaran. Gereja harus menyuarakan suara kenabiannya, karena saat ini gereja adalah satu-satunya harapan bagi dunia ini. Betapa sedihnya kalau Gereja ikut di dalam pengrusakan itu sendiri. Siapa lagikah yang bisa diharapkan untuk menunjukkan kebenaran? Memiliki pandangan yang semakin tinggi dan mampu memandang dari perspektif Allah akan membuat kita semakin memahami tanggung jawab kita dalam menguasai dunia ini.
Gereja GBKP perlu merefleksikan keberadaannya di tengah-tengah dunia ciptaan Tuhan ini. Yang pasti, apapun yang terjadi dengan dunia ini, Pencipta bumi ini tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Sekalipun datang tsunami, atau longsor atau bencana alam lainnya baik karena ulah manusia atau bukan, semua itu ada dalam kontrol Tuhan. Namun alangkah sedihnya, ketika TUHAN mendapati kita pun ikut dalam hal perusakan itu ? (Nomi Sinulingga)
Referensi :
John Stott, “Isu-isu Global, Menantang Kepemimpinan Kristiani” Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000
Berbagai sumber di internet

3 Comments:

  • At 6:14 AM , Blogger Yobta Tarigan Sibero said...

    Ada juga benarnya otokritik ndu,tapi solusinya juga harus ada,apalagi tahun 2010 gereja kita memasuli tahun kemandirian dana.usul ndu buat itu apa ya..?

     
  • At 8:38 PM , Anonymous bisnis tiket pesawat said...

    mantab artikelnya, terima kasih atas infonya

     
  • At 5:47 AM , Blogger Markus Perdata said...

    karah ja banci kubaca kerna berita sawit gbkp?
    adi lit bas km bagiken sitik bangku!
    Bujur, Tuhan simasu masu

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home