NdCharo, Buku & Artikel

"Aku ingin menjadi seorang yang menulis karena berkembang, dan berkembang karena menulis" kutipan dari Santo Agustinus

Tuesday, January 13, 2009

ANAK JALANAN MEMBUTUHKAN KEPEDULIAN KITA

Krisis ekonomi global akan terus meningkat tahun 2009 ini. Dampak krisis ini akan meningkatkan kemiskinan, jumlah pengangguran, anak putus sekolah, kejahatan, hancurnya kehidupan dan banyak lagi. Anak-anak sering sekali menjadi korban kemiskinan yang paling perlu diperhatikan. Secara usia anak masih membutuhkan ketergantungan terhadap orang dewasa atau orang tua. Dalam proses perkembangannya, kehidupan anak masih panjang dan sangat perlu diperhatikan sejak dini untuk masa depan yang lebih baik dan lebih cerah. Dalam pertumbuhannya secara phisik, anak memerlukan makanan bergizi yang baik. Anak memerlukan pendidikan yang baik, mulai dari pendidikan akademik sampai kepada pendidikan moral dan agama supaya anak akan tumbuh sebagai manusia yang baik. Anak perlu diperhatikan kesehatannya, karena anak yang rentan sakit akan terganggu pertumbuhan phisik dan emosinya. Namun kesulitan ekonomi membuat banyak anak-anak yang seharusnya diperhatikan menjadi terabaikan dan malah harus berjuang sendiri untuk kelangsungan kehidupannya.

Ketika anak-anak seusia mereka pulang sekolah, anak-anak lain memiliki kesempatan untuk kursus belajar atau bermain namun anak jalanan sudah berfikir untuk mencari uang. Kehidupan anak-anak sering tidak bisa dipisahkan dari bermain, hal ini tentunya juga terjadi pada anak-anak yang di jalan itu. Sekalipun tujuan turun ke jalan adalah supaya kehidupan mereka terus berlangsung, namun bukannya tidak banyak hal negatif yang bisa menjadi pengalaman yang membentuk kehidupan anak-anak ini. Mereka bermain di jalanan dan sering menyebabkan gangguan bagi pengguna jalan raya. Keberadaan mereka sering tidak disukai, dan mereka dianggap sebagai ”sampah masyarakat”. Siapakah yang peduli dengan masa depan anak-anak ini ?


Tidak akan ada artinya kalau kita sebagai anggota tubuh Kristus hanya mengutuk semua proses pemiskinan yang terjadi. Bagaimanapun kenyataanya kemiskinan akan selalu ada disekitar kita. Bahkan dalam Alkitab ada tertulis, ”Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu (Ulangan 15 : 11)."

Kemiskinan yang paling berkontribusi besar mengirim anak-anak memperjuangkan hidup ke jalanan. Fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun kuantitas. Saya yang tinggal di Medan juga mengamati pertambahan anak-anak yang berkeliaran di lampu merah Simpang Pos. Kota-kota besar di kota Jawa sudah jauh lebih dulu kehidupan di lampu-lampu merah diisi aktivitas anak jalanan. Mereka mulai mengamen, mengelap mobil, menjadi pedagang asongan sampai mengemis (meminta-minta). Namun demikian, hubungan kemiskinan dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Namun ada faktor lain yang mempengaruhi seperti keharmonisan keluarga, kemampuan pengasuhan anak yang baik serta langkanya dukungan keluarga kepada anak pada saat terjadi krisis dalam keluarga (misal ayah ibu bercerai).

Bagaimana Gereja melihat kondisi kehidupan anak jalanan ini? Apa yang bisa dilakukan gereja GBKP yang memiliki misi ”menghargai kemanusiaan” dalam mencapai visinya ”Hidup Setia Kepada Tuhan”? Terkhusus tahun 2009 ini adalah tahun Diakonia GBKP. Apakah kita hanya akan melanjutkan apa yang sudah dilakukan dalam pelayanan Diakonia yang ada selama ini, keputusannya ada pada kita semua. Namun menghargai kemanusiaan seperti ini bukan tugas Gereja secara lembaga, namun ini tugas semua orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Tugas kita semua warga gereja GBKP. Saya jadi teringat lagu Sekolah Minggu, ”Aku Gereja, Kau pun Gereja dan Gereja adalah orangnya”. Kita semua secara pribadi dipanggil untuk berbuat bagi kemanusiaan di bumi ini.

Orang yang melihat sesamanya manusia sebagai saudara akan lebih mengenal Tuhan dengan banar dan juga mengenal siapa dirinya dengan benar. Bukan hanya itu, bahkan dalam Amsal 22 : 9 mengatakan, ”Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin.” Amsal 28 : 27 mengatakan, ”Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.” Anak-anak Tuhan akan mengasihi si miskin dengan perbuatan yang nyata.

Diakonia harus dilakukan dengan nyata kepada sesama manusia. Diakonia belum selesai ketika jemaat sudah lunas membayar iuran diakonianya. Diakonia sebagai tugas gereja adalah satu tugas orang percaya dalam menjalani kehidupannya. Melakukan hal ini akan membuat semua yang terlibat dalam pelayanan diakonia ini semakin bertumbuh dalam hal rohani. Baik yang melayani maupun yang dilayani akan semakin bertumbuh dalam spiritualitas. Spiritualitas Kristen selalu mendorong orang Kristen untuk memandang keluar dari dirinya. Spiritualitas Kristen memandang dunia sebagai tempat di mana tindakan Allah nyata terjadi, dan dia mau menjadi alat untuk hal itu. Tindakan Allah ini mencapai puncaknya pada kedatangan Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dalam dunia aktivitas manusia, kita membutuhkan rasa sosial, yang lahir dari kasih yang agape, yang melibatkan jenis kesadaran rohani yang berbeda. Spiritualitas Kristen menghargai kemanusiaan.

Anak jalanan sangat memerlukan pertolongan, apakah kita mau mengulurkan tangan?

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home