NdCharo, Buku & Artikel

"Aku ingin menjadi seorang yang menulis karena berkembang, dan berkembang karena menulis" kutipan dari Santo Agustinus

Tuesday, February 02, 2010

GEREJA YANG BERTUMBUH
(NOMI BR SINULINGGA)
Pendahuluan
Perjalanan tahun 2009 sudah lebih setengah dilalui. Hari-hari melaju dengan cepat dan tahun 2010 juga segera akan tampil dengan semua warnanya. Mau tidak mau, siap tidak siap tahun 2010 akan hadir dan bulan April tahun depan GBKP akan bersidang sesinode. Bagaimana GBKP mempersiapkan diri untuk tahun-tahun mendatang menjadi perenungan yang serius. Dunia sudah berubah. Kantor pusat GBKP ada di Kabanjahe tapi GBKP juga adalah bagian dari masyarakat global. Era informasi ini membuat dunia tanpa batas dan kehidupan jemaat di desa-desa Tanah Karo ini dipengaruhi oleh perubahan di belahan dunia yang lain. GBKP sebagai rekan sekerja Allah di tengah-tengah masyarakat Karo seharusnya berubah menyesuaikan diri untuk bisa menjawab tantangan perubahan yang terjadi.
Gereja sebagai organisme akan tetap berjuang untuk hidup. Yang menjadi persoalan adalah kalau kita mengabaikannya maka ia akan tumbuh kerdil, tapi kalau kita bergandengan tangan bekerja untuk pertumbuhannya maka ia akan tumbuh subur dan berbuah. Allah sangat mengasihi GBKP dan Dia rindu gereja berbuat untuk menyatakan kasihNya pada dunia ini. Kedepan, sudah tidak bisa ditolerir lagi GBKP harus semakin fokus untuk meningkatkan kualitas SDM gereja baik para pelayan dan juga jemaat. Secara menyeluruh kita semua harus bangkit mulai dari kehidupan spiritual dan juga mental dan jasmani.
Sebagai orang percaya yang bersekutu di dalam Tuhan, kita seharusnya semakin militan hidup sebagai anak Tuhan. Melihat bahwa kehidupan rutinitas kita adalah hidup di dalam Tuhan dan kesempatan menunjukkan ada Allah dalam kehidupan kita. Meningkatkan kualitas hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup secara jasmani, juga meningkatkan kemampuan melayani sesuai dengan karunia yang dimiliki. Pelayanan Gereja yang dilaksanakan sesuai dengan Alkitab dan konteks dimana dia hadir akan menjadikan gereja bertumbuh dalam hal kualitas maupun kuantitas orang percaya.

MENINGKATKAN DAN MENGAKTUALKAN POTENSI SDM
Banyak sekali perencanaan program yang bagus akhirnya berakhir dengan kegagalan hanya dikarenakan SDM yang tidak pas. Secara sumber daya manusia, Gereja GBKP memiliki orang-orang yang cukup berpotensi untuk melakukan pelayanan di gereja, mulai dari koseptor maupun eksekutor. Namun yang menjadi masalah kadang adalah pemikir dan pekerja ini tidak nyambung (tidak link and match). GBKP perlu memetakan untuk tahun 2020 misalnya, berapa orang Pendeta yang sudah berpendidikan S3 (DTh), berapa orang pendeta yang berpendidikan S2 (MTh) dan juga yang S1. GBKP membutuhkan pemikir-pemikir untuk membuat konsep yang mesti dilakukan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek supaya apa yang dikerjakan pelayanan tidak berhenti ditataran prakmatis.
Bukan berarti pendeta yang berpendidikan S3 lebih baik daripada pendeta yang S1. Namun sesuai untuk kebutuhan pelayanan masa yang akan datang, semua lini perlu dipersiapkan. Pendeta yang sesuai disekolahkan kejenjang S2 dan S3. Pendeta yang ada di jemaat dan tidak lanjut S2 atau S3 secara formal juga perlu terus didorong meningkatkan diri karena kehidupan jemaat yang dilayani semakin kompleks.
Selain Pendeta, jemaat awam GBKP juga banyak yang kompeten dan berkualitas melayani pekerjaan-pekerjaan gerejawi. Pertua dan Diaken mengambil peranan pelayanan penting didalam kehidupan gereja sehingga juga perlu semakin ditingkatkan kualitasnya. Melalui jabatan khusus yang dipercayakan kepada pendeta, diaken dan pertua di dalam Gereja, mereka adalah suatu kesatuan pelayanan yang bertanggung jawab melakukan pembinaan untuk memberdayakan jemaat. Sehingga mereka sangat perlu diperhatikan dalam peningkatan kualitasnya. Namun orang percaya dalam gereja, baik yang mendapat jabatan khusus maupun tidak harus bersama-sama melaksanakan panggilannya sebagai anggota tubuh Kristus.

Pemberdayaan Jemaat sesuai dengan Karunianya
Gereja lokal dalam persekutuan-persekutuan jemaat harus tidak bosan-bosannya mengingatkan bahwa panggilan tri tugas gereja juga menjadi panggilan masing-masing orang percaya. Allah merindukan kita semakin bertumbuh dalam hal spiritualitas, dan hal ini akan tercapai dengan baik kalau masing-masing individu mau melakukan panggilannya dengan benar. Banyak orang Kristen yang memiliki hati untuk orang yang tersesat dan juga menolong yang lemah, namun gereja kurang menolong mereka untuk mewujudkan kerinduannya. Jemaat GBKP yang terdiri dari beragam latar belakang pendidikan, pekerjaan dan karunia rohani juga memiliki kerinduan melayani dengan karunianya, namun sering sekali mereka tidak tahu bagaimana caranya.
Pemberdayaan menjadi sesuatu yang penting di dalam gereja. Para pemimpin gereja harus konsentrasi pada pemberdayaan semua anggota jemaat untuk memenuhi panggilannya masing-masing. Tentu hal ini tidak mudah, karena dalam gereja GBKP lokal hanya terdapat seorang pendeta, dan para pertua dan diaken. Para pertua dan diaken yang telah dipilih oleh Tuhan melalui jemaat, juga harus bekerja keras dan mempersiapkan diri untuk memenuhi tugasnya dan ikut serta melakukan pembinaan untuk memberdayakan jemaat. Sehingga melalui pemberdayaan yang baik Gereja membantu orang Kristen mencapai potensi rohani yang Allah berikan kepada mereka.
Pendeta bersama pertua dan diaken melalui peranannya masing-masing memperlengkapi, mendukung, memotivasi dan membimbing individu, memampukan mereka menjadi semua yang Allah kehendaki atas diri mereka. Pemimpin gereja yang menyadari pemberdayaan mereka sendiri dengan memberdayakan orang lain akan mengalami pertumbuhan dengan sendirinya. Tenaga yang mereka kerahkan dapat dilipatgandakan tanpa batas. Kualitas pelayanan yang berorientasi pada karunia menjadi hal yang penting. Mengembangkan karunia dan memanfaatkannya dalam gereja akan membuat gereja bertumbuh secara alamiah, karena semua jemaat akan mengambil pelayanan sesuai dengan karunianya.
Ketika orang Kristen melayani berdasarkan karunia rohaninya, umumnya mereka tidak melayani dengan kekuatan sendiri, tetapi dalam kuasa Roh Kudus. Akan ada suatu sukacita ketika jemaat melayani sesuai dengan kemampuannya.

Jemaat melakukan penjangkauan secara alami
Salah satu hambatan dalam hal pekabaran Injil kepada orang lain yang memeluk agama lain adalah menyampaikan pemahaman Kristen kepada orang-orang tersebut dinggap melanggar toleransi beragama dan menggangu kehidupan kerukunan bersama. Padahal amanat agung Tuhan Yesus menyuruh semua orang percaya memberitakan injil. Namun hambatan ini tidak boleh melemahkan gereja untuk melakukan panggilannya. Melakukan panggilan gereja dengan sungguh-sungguh dan melakukannya secara kontekstual, akan membuat saudara-saudara kita yang belum merasakan kasih Tuhan menjadi lebih terbuka dengan Injil.
Pendeta tidak akan mampu menjangkau semua jemaat yang tidak aktif atau yang hanya terdaftar sebagai anggota gereja namun tidak pernah hadir di gereja. Apalagi ditambah untuk melakukan penjangkauan kepada yang non-Kristen. Tentu pendeta tidak bisa menangani semua ini. Melihat keterbatasan pendeta, maka perlu jemaat yang melakukan penjangkauan. Jemaat yang menyatakan kasih Kristus melalui perbuatan nyata dan memanfaatkan hubungan-hubungan yang ada dimanapun dia berada. Pendeta akan sulit menjangkau pejabat-pejabat pemerintahan, maka tugas jemaat yang duduk di pemerintahanlah menjangkau mereka. Menghidupi rutinitas dengan menjadi pelaku firman Tuhan adalah penginjilan yang tidak akan mendapatkan penolakan yang frontal. Jemaatlah yang memiliki kesempatan paling besar memberitakan injil kepada dunia melalui hidupnya dibandingkan pendeta. Pendeta menguatan jemaat untuk terus berjuang untuk menjadi berita injil melalui hidupnya.
Gereja yang bertumbuh rata-rata memiliki ”nilai kasih” yang lebih tinggi daripada gereja yang mandek dan menurun. Kasih praktis memiliki kekuatan yang dihasilkan secara Ilahi jauh lebih efektif dibandingkan program penginjilan yang bergantung hampir seluruhnya kepada komunikasi verbal. Orang tidak ingin gereja berbicara kasih, mereka ingin mengalami bagaimana kasih Kristen benar-benar bekerja.
Memang merupakan tanggung jawab orang Kristen untuk menggunakan karunianya yang spesifik dalam memenuhi Amanat Agung. Tugas tiap orang Kristenlah untuk menggunakan karunianya guna melayani orang non-kristen yang memiliki hubungan pribadi dengannya, untuk memastikan bahwa mereka mendengar Injil, dan untuk membawa mereka ke gereja lokal. Kunci untuk pertumbuhan gereja adalah ketika gereja memfokuskan upaya penginjilannya pada kebutuhan jemaat dan orang non-Kristen. Sehingga jemaat akan haus menggunakan hubungan yang sudah ada dengan semua orang sebagai kontak untuk penginjilan.
Hal ini akan mendorong gereja semakin bertumbuh.

(Nomi BR Sinulingga, Sekretaris Umum PERMATA GBKP Pusat)